Senin, 23 Juli 2012

Ketika berteman lebih terasa nyaman dari pada berpacaran sebagai alasan untuk berpisah (fakta lain dalam romansa)


Ada sebuah kisah dari seorang kawan yang saat ini dia ingin bagikan pada kalian semua sebagai pembagian pengalaman hidup. Kisah seseorang yang baru saja menceraikan pasangannya setelah 2 tahun hidup bersama sebagai suami istri. Anda semua pasti bertanya apa sebabnya, bahkan pasti ada pemikiran karena adanya orang ketiga dalam hubungan mereka? Bukan guys... Alasan yang mereka kemukakan termasuk klasik namun fenomenal bagi kebanyakan orang : "Kami enggak cocok lagi hidup sebagai suami-istri, terasa lebih enakan jadi teman." Cukup menarik bukan, alasan yang dikemukakan, bahwa berteman, ternyata lebih mengasyikkan daripada menjalani hubungan suami-istri.
Pertanyaannya sekarang, sebelum perkawinan bubar apakah tak mungkin menjadikan pasangan sebagai teman? Apalagi jika mengingat perkawinan sering diawali dengan pertemanan yang kemudian berlanjut dengan pacaran.
Lebih Dari Sekedar KesenanganDari ilmu psikolog sekaligus teori perkawinan yang pernah saya baca dari beberapa buku, sebenarnya kita tak perlu jauh-jauh mencari teman. Pasangan kita sendiri pun bisa dijadikan teman; yang mesra tentu saja. Karena menurut Widia, memang ada sifat-sifat pertemanan sejati yang positif yang dapat diaplikasikan pada hubungan suami istri.
Diantara sifat dan sikap tersebut antara lain berempati, saling menghormati, sering meluangkan waktu bersama, bersikap fun , tulus dan hangat serta tak ragu melontarkan kritik yang membangun. Bila diterapkan dalam hubungan sifat-sifat tadi tentu akan membuat hubungan semakin terasa nyaman karena masing-masing tahu ia bisa menyandarkan diri pada pasangan yang memiliki sifat-sifat positif sebagai teman.
Pertemanan itu sendiri dikelompokkan menurut kebutuhan yang juga bermacam-macam. Ada teman untuk curhat , ada teman yang selalu nyambung saat diajak berdiskusi, dan ada yang sekadar just for fun. Namun kedekatan seseorang pada individu lain umumnya karena kesamaan minat, latar belakang pendidikan, atau malah semata-mata berdasarkan kesamaan fisik. Banyak alasan yang bisa dijadikan sebagai pola untuk pertemanan ini.Anda sendiri mungkin juga mengerti bahwa semua ragam hubungan perteman ini sebenarnya bisa ditemui pada pasangan asalkan sejak awal komunikasi di antara Anda berdua memang harmonis. Setelah itu, selalu sediakan waktu untuk berdua saja sekadar bersenang-senang atau membahas dan mengerjakan sesuatu bersama-sama.
Spontanitas Hilang
Sayangnya, ada beberapa sifat dasar pertemanan yang seperti menghilang ditelan bumi seiring berjalannya sebuah ikatan (hubungan). Tiga di antaranya yaitu spontanitas, having fun, dan kebersamaan waktu. Setelah bersama ataupun menikah sekian lama, sering kali diantara pasangan tersebut kehilangan spontanitas dalam mengungkapkan perasaan. Entah karena enggan, malu-malu, atau malah tak lagi merasa perlu mengutarakannya.
Padahal spontanitas dan kejutan tetap dibutuhkan dalam perkawinan. Seperti halnya dengan teman, Anda bisa hanging out sepulang kantor. Atau tanpa direncanakan tahu-tahu setuju diajak kumpul di kafe atau bioskop. Aktivitas seperti ini, kan, sebetulnya bisa dilakukan bersama pasangan Anda jika memang Anda ingin agar hubungan Anda bisa bertahan baik. Begitu juga kejutan-kejutan lain yang menyenangkan yang sering kita lakukan bersama teman bisa juga dilakukan bersama pasangan.
Jadi kuncinya adalah spontanitas dan having fun dalam hubungan hendaknya selalu dijaga. Sesekali, tiba di rumah agak terlambat tidak mengapa, koq. Namun agar tidak jadi membosankan, jangan kelewat detail merencanakannya. Jika sudah terasa rutin, pikirkan hal-hal baru yang menyegarkan.
Sifat pertemanan lainnya yang perlu dijaga adalah memelihara kehangatan dan empati. Coba anda ingat-ingat lagi pada sahabat tercinta bukankah kita senantiasa mau mendengarkan keluh kesahnya? Lalu mengapa kita tak juga membuka hati sebagai pendengar yang baik bagi pasangan? Kadang, yang dibutuhkan bukan solusi atas masalahnya tetapi hanya sikap empati dari Anda. Sekarang kasusnya, bisakah Anda menempatkan diri pada posisi-posisi tersebut (yang saya anggap strategis) untuk bisa menjalin komunikasi lebih dalam hubungan, baik sebagai seorang pasangan dan juga seorang teman. Hargailah pasangan Anda dalam setiap cerita cinta yang ada dalam hidup Anda.

Semoga apa yang saya sampaikan saat ini bisa dijadikan referensi moral dalam kehidupan romansa Anda, karena tak hanya sekedar menjadi opini pribadi saja apabila disertai oleh fakta ilmiahnya.
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page : Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.

Salam revolusi cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar