Senin, 11 Januari 2016

Belajar hidup dari filosofi titik dan kurva normal sebagai pandangan hidup (batas normal bagi pikiran dan tindakan manusia)

Sebenarnya saat ini saya sedang tidak ingin menulis apapun, Hanya membuka menu catatan di handphone nokiem kesayangan, hanya satu ketikan "." (titik), namun tiba-tiba saja timbul sebuah pemikiran kecil, tentang bagaimana sebenarnya sebuah tanda baca titik bisa mengakhiri sebuah pemikiran sederhana?
Yah, hanya sebuah pikiran, tempat dimana awal dari segala pengetahuan kita. Kita memproses apa yang kita lihat, rasa, dengar. Dari pikiran inilah kita mengembangkan apa yang kita lihat, rasa, dengar. Dari sinilah kita bisa mempelajari apa yang ada di dunia ini.

Keberadaan sebuah titik jika kita hanya memikirkannya sebagai sebuah titik saja tidak akan memberikan apa-apa atau sesuatu pada kita. Tapi ketika kita membayangkan sebuah titik sebagai sebuah rumah yang dilihat dari satelit, atau titik itu hanya awal dari sebuah gambar, maka akan mengggambarkan kepada kita suatu potensi yang muncul dari titik tersebut.

Karena ketika kita melihat titik tersebut dari atas, kita akan memiliki pandangan yang sangat luas, sehingga semua potensi yang ada pada titik tersebut akan mudah terbayangkan oleh kita. Titik tersebut dapat berupa mahakarya, dapat menjadi sebuah benda, dapat menjadi lukisan yang indah, bahkan bisa menjadi suatu bangunan yang monumental. Titik ini bisa menjadi apapun, relative terhadap ruang dan waktu... Segala bidang.
Ketika kita menggunakan pikiran kita untuk mengembangkan sebuah titik ,itulah saat-saat dimana kita bisa menerjemahkan dunia. Tapi ketika kita berhenti kita terjebak dalam mitos. Akan tetapi apa yang kita pikirkan hanyalah sebagian dari apa yang ada di dunia ini. Kita hanya bisa memikirkan sebagian dari bermilyar-milyar kemungkinan di dunia ini. Inilah mengapa orang menyebut apa yang ada di pikiran kita hanyalah setengah dari dunia. Setengah lagi merupakan fakta. Kita tidak bisa menerjemahkan keseluruhan apa yang ada di dunia ini, karena pikran kita terbatas.

Contohnya, dalam agamapun kita mengenal ranah Tuhan dan ranah manusia, dan ranah manusia adalah himpunan bagian yang sangat kecil dari ranah Tuhan. Jadi bisa dipastikan bahwa banyak hal dari dunia ini (dimana dunia ini adalah ciptaan Tuhan) yang tidak akan pernah habis untuk kita pelajari. Selain itu, banyak sekali fenomena-fenomena yang ada di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia, disitulah ranah Tuhan "bermain".

Jadi sudah jelas beda bukan pembatasan ini, nah disinilah kadang masih membuyarkan pemikiran kita untuk melogikakan masalah ini.
Selain itu, dalam kehidupan, kita tahu adanya usaha dan doa. Kita sebagai manusia diberikan hak yang luas dalam setiap keinginan, cita-cita, dan kemauan kita untuk diusahakan, tapi penentu terakhirnya seberapa besar kesuksesan usaha kita adalah dari Tuhan.
Kaya jaman dulu tuh, padahal saya punya cita-cita tuh pengen jadi kaya Satria Baja Hitam, punya belalang yang bisa bertempur tuh.. Eeehh.. Ternyata sekarang cuma punya belalang kupu-kupu, siang makan nasi kalau malam begadang aja.. Wkwkwkwkwk... Sorry lagunya kena edit, soalnya sekarang susu lagi jual mahal.. Wkwkwkwk.. Woey.. Jangan ngeres dulu mikirnya.
Nah, ketika kita tarik contoh-contoh yang sudah saya sebut diatas kedalam suatu kurva normal, daerah yang ada di dalam kurva dan dibatasi oleh sumbu x adalah daerah kita sebagai manusia, sedangkan daerah yang diluar kurva yang sangat luas sekali adalah daerah dimana ranah Tuhan berada, disitulah ditunjukan bagaimana besar ranah dan kekuasaan Tuhan dimana otak kita sangat tidak mungkin untuk menjangkau semuanya.

Ketika kurva normal tersebut kita bawa ke hubungan antar manusia, maka terdapat garis x = 0 yang merupakan batas normal bagi pikiran dan tindakan manusia. Selanjutnya dalam pelajaran matematika dulu tuh sepat kita belajar tentang standar deviasi, dimana kita bisa aplikasikan ini dalam hidup kita, kemudian sebenarnya didalam kurva ini bisa kita lihat perilaku yang menggambarkan adanya penyimpangan diri seseorang. Garis batas normal mewakili tanda keputusan atau batas toleransi dari keberadaan penyimpangan.

Misalnya nih sebagai contohnya dalam filosofi masyarakat jawa kita mengenal RUWATAN, yaitu suatu upaya untuk menghilangkan penyimpangan atau keanehan yang ada pada masyarakat tersebut. Jadi ketika seseorang melakukan suatu penyimpangan di dalam masyarakat, yang berarti dia berada di luar garis x = 0 atau dareah bermasalah, dan masih berada dalam daerah toleransi maka untuk membuat orang tersebut normal adalah dengan ruwatan.

Dalam kasus ini bisa dilihat bahwa manusia yang dianggap normal adalah yang berada di garis x = 0. Dimana dalam garis ini adalah batas antara ranah Tuhan dan ranah manusia. Ini artinya seseorang yang berada di garis x = 0 adalah orang yang bahagia kareana dia tidak melakukan penyimpangan dalam ranah Tuhan dan ranah manusia.

Dalam keilmuan bidang filsafat, ruwatan ini bisa dipandang sebagai penjelasan. Dimana jika terdapat penyimpangan atau sesuatu yang ganjil ruwatan bisa menjelaskannya agar penyimpangan tersebut berakhir. Filsafat itu sendiri juga merupakan penjelasan. Peyimpangan dalam diri seseorang bisa dijelaskan dalam filsafat. Contohnya, jika kita terlambat datang kuliah. Dalam filsafat ini berarti kita "sakit", Karena kita tidak menghargai ruang dan waktu.

Dalam dasar-dasar filsafat kita mengenal 4 kategori dalam pikiran manusia yaitu : kualitatif, kuantitatif, kategori dan relasi. Pikiran kita dibagi menjadi dua dunia yaitu dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas terdapat logika dan apriori, sedangkan dunia bawah terdapat pengalaman dan sintetik. Menurut konteks orang jawa, tradisi tersebut adalah perantara pengalaman dan logika atau penghubung dunia atas dan dunia bawah. Ketika kita gunakan penghubung tersebut dalam menyelesaikan setiap masalah, berkomunikasi, bersosialisasi,dan bertindak, maka hasil yang akan dicapai akan sangat positif, karena kecil kemungkinan kita akan keluar dari garis norma dan kewajaran.
Ternyata memang banyak sekali yang bisa kita dapatkan dari sebuah titik dan bentuk kurva dalam setiap dasar kehidupan kita. Kali ini saya pribadi mengakui setulusnya : beruntunglah kalian yang waktu masih jaman sekolah menyukai pelajaran matematika. Itu adalah dasar hidup (seandainya mau dipelajari penuh). Jaman dahulu kala jangankan suka, pas pelajaran malah demen nongkrong di kantin.. Wkwkwkwkwk..
Coba sekarang bayangkan saja, yang dari awalnya saya cuma bisa ngetik sebuah titik dengan nokiem saya, sekarang malah jadi satu notes yang panjang dan sedikit membingungkan ini, tapi seandainya Anda bingung, coba deh dibaca ulang dari awal sampai akhir, jika bingung lagi, baca lagi. Tapi jika ternyata bingung juga, mending tidur saja yah :p
Kalau kalian menemukan kasus-kasus yang sesuai tema postingan ini di lingkungan kalian dan belum saya sebutkan di atas, silakan share di comment box! Makasih banyak!
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.

Salam revolusi cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar